Kami baru saja mengikuti Festival Pendidikan Rumah (Fesper) 2015 di Cibodas Golf Park, 11-13 Agustus 2015. Ini pertamakalinya keluarga kami berkemah. Seru dan capek. Bagi yang ingin lebih tahu mengenai Fesper, silahkan klik disini.
Sehari sebelum keberangkatan, mendadak saya tidak enak badan. Sepahit-pahitnya, saya tidak jadi ikut. Hanya pasangan dan Chaska saja yang pergi. Tapi, Chaska tidak mau berangkat kalau saya tidak ikut. Saya pun berdoa supaya besoknya sehat kembali. Alhamdulillah, saya merasa lebih baik keesokan harinya. Awalnya kami berencana untuk ngeteng angkutan umum. Tapi, mengingat lokasi yang jauh dan bawaan yang seabrek, kami berencana sewa mobil. Sempat berdiskusi di Whatsapp dengan beberapa praktisi sekolah rumah yang satu kota untuk patungan sewa bis. Tapi, akhirnya kami berpencar karena beberapa kendala.
Kami tiba di lokasi acara sekitar pukul 12 siang. Begitu selesai mendaftar ulang dan beres-beres tenda, anak-anak langsung nyebur ke kali kecil. Selain praktisi sekolah rumah, beberapa komunitas mengikuti Fesper seperti Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, Kampung Main, Al Fath Archery, dsb. Komunitas-komunitas ini memfasilitasi kegiatan anak. Tapi, Chaska tidak ikut semua karena ada batasan umur dan jadwal yang bentrok dengan kegiatan lain. Chaska mengikuti kegiatan panahan, futsal, pengamatan matahari dan kampung main (yang memperkenalkan permainan tradisional seperti congklak, main karet, gobag sodor, yoyo, dll). Kauri sempat memaksa ikut panahan meskipun usianya belum mencukupi. Pelatihnya sampai bilang, "wah, kamu kecil banget." Iya coach, baru dua tahun. Hebatnya, si pelatih mau mengajari Kauri lho, dengan sabar dan senyum pula. Selebihnya, anak-anak sibuk berlari, melompat, berguling (beneran berguling, dari atas bukit gelundung ke bawah)
Nah, untuk para orang tua, ada beberapa sesi diskusi tentang memulai sekolah rumah. Tetapi, kami tidak ikut karena sibuk menemani dan mengawasi anak-anak main. Ya khawatir saja, kalau anak-anak terlalu asyik bermain, tidak memperhatikan keadaan sekitar. Kauri sempat jatuh di kali, kepalanya duluan pula. Untungnya, disekitar tempat jatuh, banyak rumput bukan batu. Ngga kebayang deh kalau kena batu, mungkin bisa bocor kepalanya. Meskipun begitu, kami dengar juga diskusi tsb melalui pengeras suara.
Oia, di acara ini, panitia menerapkan kebijakan minim sampah. Di sekitar lokasi kegiatan, tidak disediakan tempat sampah. Setiap peserta harus membawa kantong sampah unorganik sendiri. Nah, untuk sampah organik, panitia menyediakan lubang pembuangan khusus. Selain itu, peserta harus membawa perlengkapan makan sendiri. Cuci piringnya bagaimana? Panitia menyediakan lerak dan gambas untuk perlengkapan cuci piring. Sayangnya, saya lupa terus mau foto penampakan tempat cuci piringnya.
Acara selesai, kami pun pulang. Sewaktu di gunung, sama sekali ngga kerasa capek. Begitu sampai rumah, badan ini rasanya remuk. Tapi, ngga kapok deh. Kalau bisa, tahun depan mau ikut Fesper lagi aah.
No comments:
Post a Comment