Monday, September 21, 2015

Sunat Chaska

Duluuu sekali, saya dan Chaska menonton film Upin Ipin tentang sunat. Nah, kebetulan pikir saya. Setelah selesai menonton, saya jelaskan tetek bengek tentang sunat. Saya bertanya kapan Chaska mau disunat. Tujuh tahun, kata Chaska. Baiklah, kita tunggu sampai umurnya tujuh tahun. Tahun ini, umur Chaska sudah tujuh tahun. Saya pun memutuskan Chaska akan disunat setelah hari raya Idul Fitri dan setelah libur les bahasa Inggris. Saya selalu mengingatkan setiap hari, "Nanti Aka sunat lho habis lebaran." Sampai Chaska bosan mendengarnya. 

Hari Sabtu kemarin saya mendaftarkan Chaska ke spesialis bedah anak dr. Suharyo. Sewaktu diperiksa, dokternya memvonis Chaska kena fimosis. Apa? "Tapi anak saya kelihatan sehat-sehat saja dok,"kata saya. Sebab saya membaca banyak pengalaman orang yang anaknya kena fimosis sampai demam dan sakit parah. "Itu sudah kompilkasi, bu." Kena fimosis atau tidak, tetap mau disunat sih dok, batin saya.

Dokternya bertanya ke Chaska mau bius lokal atau umum. Mana anaknya ngerti dook. Saya pun bilang ke Chaska, "Aka nanti waktu disunat, mau tidur atau melek?" "Melek aja ya, kata dokter. "Nanti bisa sambil main hape," "Ya udah melek," kata Chaska. Dokter pun menulis sana sini. Terus saya lihat di salah satu kertas tertulis: sirkumsisi 20/9/2015. "Dok, itu sunatnya besok?" tanya saya. "Iya besok pagi." APAAA?? "Ya, kalau bius lokal bisa langsung sunat, bu." Ya tapii...*pasrah.

Saya pikir sunatnya bisa jeda berapa hari dari konsultasi. Ini baru datang sore, besok pagi sudah sunat. Tidak menyangka secepat itu. Ya mau diapain lagi. Lebih cepat lebih baik sih. Omong-omong, metode sunat yang dipakai dokter masih memakai cara lama. Dokter meragukan metode laser atau clamp karena dikhawatirkan akan mempengaruhi hubungan suami istri nantinya.

Besoknya, saya dan pasangan mengantar Chaska ke rumah sakit. Di ruang operasi, hanya satu orang yang boleh menemani, Chaska memilih ayahnya. Belakangan saya baru tahu, kalau pasangan tidak benar-benar masuk kamar operasi. Hanya menunggu di luar kamar. Operasinya sebentar, cuma 15 menit menurut pasangan. Cuma saya yang diluar ruangan, menunggu agak lama. Chaska sudah dipindah ke ruangan pra-operasi. Ini kebalik ya, sudah dioperasi malah ditaruh di ruang pra-operasi. Itu karena Chaska bisa langsung pulang setelah administrasi selesai. Jadi tidak perlu sewa kamar rawat inap. 

Nah, drama pun dimulai ketika hendak pulang. Mulai dari pakai sarung, Chaska teriak histeris. Khawatir kena Mr. P-nya. Saya antara geli dan khawatir mengganggu pasien lain. Sampai tulisan ini dibuat, Chaska masih terus mengaduh, meringis, menjerit, mengeluh, sebut deh semua. Saya mau membersihkan darah kering yang ada di sekitar Mr. P-nya pun tidak boleh. Saking khawatir menyenggol Mr. P-nya. 



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...